Kamis, 28 Januari 2016

Pasta Day At Papa Rons


Ini pengalamanku pas lagi pengen makan pasta di kota Pekalongan. FYI aja (saat ini tahun 2015), di Pekalongan ini gak ada Pizza Hut, Mc Donalds, dan sejenisnya. Yang ada Papa Ron's Pizza dan beberapa franchise yang dikelola oleh warga lokal. Beda banget dengan Surabaya. Jadi yang tadinya ngiler paket Sensasi Delight PH yang biasanya memuaskan selera jajanku tentang makanan Italia ala Amerika dengan harga mumer walau rasanya ya so-so aja mungkin bagi pecinta kuliner Italia asli.

Jadi akhirnya setelah membujuk suami buat ngincipin rasa Italinya Papa Ron, akhirnya kami ke Ramayana Square di jl. Dr. Soetomo. Sekilas lihat tempatnya sepi banget, dibandingkan dengan mall lain di Pekalongan kayak Plaza Pekalongan di alun-alun atau Banjarsari Mall. Begitupun resto Papa Ron's yang imut banget kayaknya. Aku belum pernah makan Papa Ron's pas di Surabaya, jujuganku selalu Pizza Hut. Jadi bayanganku Papa Ron's ini kan saingan PH, setidaknya sama-sama eksklusif lah. Tapi riilnya Papa Ron's di Pekalongan ini berasa kayak makan di franchise lokal. Ya sudahlah.

Pas pesen, karena aku gak terlalu pengen pizza, aku langsung milih pasta aja. Yang menarik perhatianku adalah foto Fetuccini Alfredo (bener gak sih tulisannya?) yang ada di menu. Kayak gini tampilannya :
Looks so yummy... Jadi aku pesen ini sama es teh. Suamiku sudah makan, jadi dia gak pengen apa-apa. Tapi biar gak keliatan pasta tok, aku pesenkan chicken wings alias sayap ayam yang Herbs and Honey.

Walaupun sepi, kami nunggunya cukup lama lho untuk dua menu doang.
Tampilan interiornya juga cukup menarik sih. Jadi kami foto-foto cantik dulu ya...

Setelah menunggu lama akhirnya pesanan kami datang juga. Cuma begitu liat aslinya kok... gimana ya deskripsinya. Kayak asal ditaruh dan gak ada hiasan apa-apa. Platingnya masih bagus Pizza Hut.

Ini dia aslinya : 
Sempet pengen nanya kok fetuccininya gak ada roti garingnya... tapi urung deh. Secara rasa okelah. Enak kok, walau sausnya kurang creamy dibandingkan PH. Porsinya lumayan banyaklah. Dengan harga 40 ribuan, kurasa cukup mengenyangkan hanya dengan makan pastanya aja. Sementara sayap ayamnya, rada males liat itemnya kayak gosong. Tapi begitu dimakan gak pait kok. Kalau kata suamiku sih enak aja, titik. Kalau kataku, bumbunya fair enough, tapi gak kerasa madu dan rempahnya. Cuma manis doang. 

Skor untuk fetucini aku kasih 7 aja deh. Karena porsinya cukup mengenyangkan walau tampilannya kayak pasta bikin sendiri dirumah. Untuk sayap ayam, nilainya 6,5. Nanggung kalau tujuh soalnya ekspektasiku madu dan rempah itu jatuhnya pedas manis gitulah. Sementara ini manis aja. Tempat 7. karena nyaman, pakai sofa empuk gitu, walau cuma ada 3 set meja aja. Repurchase : maybe. Tapi karena sekarang udah di Surabaya lagi ya aku prefer PH aja kalau mau nongkrong lagi. Walau sebenarnya aku penasaran sama menu calzone yang ada di Papa Ron's. Soalnya di PH gak ada, he he he...

Mungkin ada yang mau nraktir aku? *kedipmanja :D 


Ayam Lodho Challenge!!!

Selama ini aku sering nyoba-nyoba resep baru. Cuma karena kesibukanku ngurusin pesanan katering di Dapur Nikmat jadinya eksperimenku terhenti. Selama ini kateringnya hanya memenuhi menu sesuai yang diminta oleh pihak pemesan, yang rata-rata berkisar antara soto, rawon Surabaya, dan menu umum lainnya. Jadi tidak terlalu banyak eksperimen yang bisa dihasilkan.

Namun bulan Januari 2016 ini, ada perubahan menu yang diminta oleh pihak pemesan. Salah satunya adalah ayam lodho. Awal kali mendengar namanya saja, aku ngerasa abstrak. Tapi tentu saja bukan berarti kami menyerah. Mamiku sebagai eksekutor langsung memintaku browsing resepnya, dan ini dia hasilnya :

Bahan:
  • Ayam kampung 1 ekor
  • santan kelapa 1/4 liter atau 250 ml
  • bawang putih 12 siung
  • bawang merah 13 butir
  • kunyit 6 cm
  • jahe 5  cm
  • kencur 3 cm
  • cabai rawit sesuai selera, tinggal disesuaikan dengan selera pedas masing-masing
  • serai 3 batang
  • lengkuas 5 cm
  • garam secukupnya
  • kemiri 5 butir
  • ketumbar 1 sendok makan
  • merica 1 sendok makan
  • penyedap rasa secukupnya
  • gula secukupnya
  • daun jeruk 3 lembar
  • daun salam 2 lembar
Cara Membuat
  1. Bersihkan ayam kampung lalu belah badanya
  2. panggang dengan arang sampai matang. Agar terasa gurih, sebelum dibakar lumuri ayam dengan sedikit garam.
  3. Memarkan lengkuas, jahe dan batang serai
  4. Tumislah semua bumbu halus lalu tambahkan jahe, batang serai dan lengkuas
  5. Tambahkan sedikit air, kemudian masukan ayam yang sudah dipanggang tadi ke wajan. Teruskan memasak sampai air mendidih
  6. Tambahkan penyedap rasa, garam, gula, daun jeruk dan daun salam
  7. Tuangkan santan kedalam wajan
  8. Masaklah dengan api kecil sampai santan mengental kira-kira antara 30 menit hingga 1 jam.
  9. Saat proses memasak jangan lupa bolak-balikan ayam agar matang merata dan bumbu tercampur.
  10. Angkat dan ayam lodho siap untuk disajikan.
Sekilas membaca blog yang memuat resepnya sih, katanya masakan ini khas Tulungagung, Jawa Timur. Tapi ada yang bilang juga ini khas Trenggalek. Entahlah yang benar yang mana. Kalau ada yang tahu mungkin bisa info ke aku. Dan hari ini Dapur Nikmat Surabaya mengeksekusi resep ini. Walau kata Mami sih, bumbunya kayak bumbu lodeh (bumbu komplit). Jadi masih tidak terlalu sulit lah. Yang sulit adalah karena ayamnya harus dibakar dulu baru dimasak dengan bumbu dan santan.

Karena panggangan sedang ribet, kali ini ayamnya aku modif dengan cuma direbus saja baru dibumbui. Dan ayamnyapun pakai ayam biasa, bukan ayam kampung. Mungkin minggu depan baru bisa eksekusi secara benar he he he....

Oke, ini dia hasilnya olahan ayam lodho ala Dapur Nikmat Surabaya :


Secara rasa, aku sih mikirnya ini kayak ayam opor tapi bumbu lodeh (nah lho bingung kan? :D). Tapi at least rasanya lebih gurih dan bumbunya lebih enak daripada ayam opor. Karena tidak dibakar dulu, mungkin tekstur juicy ayamnya jadi berkurang.

Baiklah, itu saja tantanganku dalam memasak ayam lodho walau masih banyak modifnya daripada ngikuti resep aslinya. Tapi toh memasak itu juga keahlian yang membutuhkan kreatifitas (ngeles tingkat dewa :)))

Ikuti kreasi kulinerku berikutnya ya ^_^

Rabu, 27 Januari 2016

Menikmati Sensasi Indomie Tom Yum Kala Surabaya Hujan

Surabaya hujan dari tadi sore. Sampai menjelang Isya'pun tetep mendung sehingga hawanya terasa dingin di kulit. Karena ayam percik sudah tereksekusi tadi siang dan sudah tandas tak bersisa, maka untuk makan malam ini aku pengen sesuatu yang berkuah dan panas. Yang jelas bukan kompor ya.

Pilihan yang paling gampang tentu saja, masak mie instan terus diberi tambahan topping. Kebetulan kemarin sempat belanja di In****ret, terus beli Indomie yang edisi Taste of Asia. Ini bukan yang terbaru sih, karena Indomie sekarang ngeluarin edisi My Noodles yang katanya aman karena terbuat dari sayuran. Aku sudah sering beli yang Taste of Asia karena rasanya lumayan enak semuanya kecuali yang rasa laksa. Rasa bulgogi kayak mie goreng, dan karena sekarang lagi pengen yang hot-hot, aku masak yang tom yum. Untuk penampakan bungkusnya ini aku ambil dari webnya Indomie :
Kemasannya ekslusif, mungkin itu yang bikin harganya jadi mahal daripada Indomie lainnya. Taste of Asia ini rata-rata harganya tiga ribuan ke atas. Walaupun mudah didapat di supermarket-supermarket kecil di Surabaya, tapi kadang versi yang disediakan kurang lengkap. Kadang cuma ada rasa bulgogi, kadang lengkap tiga-tiganya. Tapi sepengetahuanku yang rasa laksa jarang banget tersedia. Yang cukup populer kayaknya ya bulgogi sama tom yum ini.

Oke, itu penampakan setelah dimasak. Biasanya aku tambahin telur yang direbus bareng mienya, tapi karena ini pengen ngerasain rasa aslinya tanpa ada campuran apa-apa, jadinya begitu. Satu kemasan mie rasa tom yum ini terdiri dari mie, bumbu pasta tom yum sama sayuran kering. Sayuran keringnya berasa kayak paprika kering dan bakso yang diiris tipis. Aku suka banget sama yang satu ini karena
rasanya pedas, asam dan gurihnya enak. Beda kalau pas aku beli mie tom yum aslinya. Pernah beli di salah satu foodcourt di PTC Surabaya. Begitu datang, rasa yang dominan adalah pedasnya, aku sampai nggak sanggup makan lebih dari dua suapan. Aku kurang suka pedas, jadi mungkin kurang cocok sama rasa aslinya tom yum. Tapi kalau yang keluaran Indomie ini aku masih toleranlah.

Jadi, yah.. memang ini makanan yang nggak sehat he he he... Tapi selalu jadi andalan di kala kantong mulai cekak di tanggal tua atau pas Surabaya hujan kayak gini.

Review
Makanan 8
Harga 7
Repurchase: sebenarnya aku sudah sering beli ini. Jadi tentu saja bakal beli lagi. Tapi kayaknya harus dikurangi deh secara memang mana ada gizinya kalau terus-terusan makan mie T_T

Ayam Percik Upin Ipin Ala Surabaya

Gara-gara liat kartun Upin dan Ipin yang diputar berkali-kali di salah satu stasiun TV swasta, aku sempat penasaran dengan ayam-ayam yang disebutkan Ipin waktu episode yang menayangkan mereka bingung hendak membeli apa untuk buka puasa. Salah satunya adalah Ayam Percik.

Penasaran karena namanya unik, sempat google dan ketemulah gambar ini :


Karena kelihatannya enak sekali, jadi sekalian saja aku browsing resepnya dan langsung ngoprek-ngoprek dapur. Ini resepnya aku cantumin disini ya....

Bahan :
  • 1 ekor ayam ras, potong-potong menjadi 6 bagian
  • 100 ml santan kelapa dari 1 butir kelapa (karena ribet, aku pakai santan Kara aja)
  • 100 ml air
  • 50 gram asam jawa
Bumbu yang dihaluskan :
  • 6 siung bawang merah
  • 3 siung bawang putih
  • 2 cm jahe
  • 1 batang serai, ambil putihnya
  • 3 sdt pasta cabe (diganti pakai saus cabe, atau yang punya gojuchang boleh juga dipakai)
  • 1 sdt kayu manis bubuk
  • 1.5 sdt garam
  • 1 sdt merica hitam butiran
Cara membuat :
  1. Campur asam jawa dengan air, remas-remas, saring
  2. Campur bumbu halus dengan air asam dan santan, aduk rata
  3. Masukkan ayam, aduk hingga ayam benar-benar terbalut dengan bumbu
  4. Simpan dalam lemari es selama satu malam. Keluarkan, biarkan dalam suhu ruang selama beberapa menit
  5. Panggang dalam oven panas bersuhu 180 derajat celcius selama 40 menit atau hingga kuning kecoklatan dan matang. 
Nah, karena aku malas ngeluarin oven yang segede gaban, ayamnya aku bakar aja diatas kompor. Apalagi Surabaya lagi ujan-ujan gini. Bikin orang pengen selimutan aja di kasur. Tapi begitu nyium aroma ayam bakar percik ini, lumayan jadi semangat buat menuntaskan masakanku he he he...


Setelah dibakar, ayamnya kemudian diolesin sisa bumbu yang tadi digunakan untuk olesan sebelum dibakar. Rasanya enak banget. Walaupun ya rada-rada mirip ayam panggang ala Indonesia gitulah... Cuma ini beda bumbu sedikit. Rempah-rempahnya terasa banget. But at least, mengurangi rasa penasaranku tentang ayam percik dari negeri jiran ini.

Selasa, 26 Januari 2016

Kreasi Tumis Jamur Tiram Ala Sego Njamoer

Di Surabaya, kurang komplit kalo nggak sempet jajan alias wisata kuliner. Selain banyak pilihan cemilan yang unik dengan beragam harga dan rasa, Surabaya juga dikenal dengan berbagai kuliner khasnya. Tapi edisi kali ini, aku tidak hendak membahas tentang kuliner khas Surabaya. Tetapi hasil reka rasa dari jajanan yang sempat aku coba. Namanya Sego Njamoer. Kreasi anak mahasiswa yang sedang mendirikan franchise dengan konsep onigiri alias nasi kepal namun menggunakan olahan jamur tiram.

Cabangnya sudah banyak di Surabaya, salah satunya di mall Royal Plaza, serta supermarket Sakinah. Penampakannya simpel, nasi berbentuk segitiga dengan tumis jamur tiram di tengah sebagai isian.

Ini penampakan depannya. Secara kemasan cukup unik. Dulu aku beli harganya masih empat ribuan. Sekarang (tahun 2016) sekitar enam ribuan dan lebih banyak varian olahan jamurnya. Produknya sendiri seperti ini:

Maafkan kamera yang masih dua megapixel ya he he he...
Oke, setelah aku coba rasanya enak juga. Karena bahan utamanya nasi maka cukup mengenyangkan. Walau tentu ukurannya tidak seperti satu porsi nasi di warteg.

Karena enak, akhirnya kemarin aku nyoba untuk sedikit berkreasi dengan jamur tiram. Tidak pengen nyaingin sih. Tapi ada kenikmatan tersendiri kalau bisa membuat sesuatu yang unik seperti ini. Nah, ini hasil reka rasa yang sudah aku coba. Kalau mau google resepnya toh juga bisa. Banyak blog juga yang sudah pernah membahas resepnya.

Resepnya adalah :
Jamur tiram
Ketumbar bubuk
Merica bubuk
Maizena
Gula
Garam
Nasi Putih 

Cara membuat :
  • Rendam jamur dalam air es. Kalau aku sih pakai air minum yang disimpan di kulkas. Lalu jamurnya dibilas air biasa.
  • Potong jamur kecil-kecil atau bisa disuwir-suwir dengan tangan. 
  • Campur jamur dengan merica, garam, gula, ketumbar bubuk, serta maizena. 
  • Panaskan penggorengan, lebih baik pakai teflon sih. Beri sedikit minyak, lalu tumis jamur sampai mengental dan lengket. Gunakan api kecil biar tidak cepat gosong. 
  • Setelah itu, gunakan mangkuk kecil atau kalau ada cetakan onigiri jauh lebih bagus hasilnya, Ambil nasi sampai setengah cetakan, padatkan dengan ditekan-tekan menggunakan sendok. Lalu ambil oseng jamur sesuka hati (:D) lalu taruh nasi diatas jamur. Padatkan lalu lepaskan nasi dari cetakan dan letakkan di piring saji. 
  • Dan inilah Sego Njamoer Surabaya ala chef :D


Karena pakai cetakan nasi yang biasanya untuk nasi kotak, jadinya kurang imut dibandingkan dengan Sego Njamoer aslinya. Aku sempat menambahkan minyak wijen sedikit dan rasanya jauh lebih gurih. Kalau suka sebenarnya bisa ditambah dengan cabe bubuk, atau bisa juga tambahkan paprika atau daging ayam biar sekalian premium he he he...

Secara rasa Sego Njamoer aslinya aku kasih nilai 7 deh. Sebab meskipun enak kadang ngerasa plain aja. Tapi pas nyoba yang golden crispy, jadi segonya dikasih tepung jagung terus digoreng, rasanya jadi lebih yummmy. Pelayanan karena sistemnya franchisenya ya menurutku so-so aja. Karena yah, pengelolaannya beda-beda. Repurchase : sure. Soalnya makin banyak kreasi dan variasinya. Dan bagi kamu, anak kos Surabaya yang bokek dan pengen kenyang, ini pilihan yang bisa dicoba.

Bahkan untuk membuat sendiripun tidak terlalu mahal costnya. Jamur tiram yang kemasan plastik cuma Rp 2.500,- di pasar. Bumbu-bumbu lain bisa menyesuaikan dapur masing-masing. Jadi, masih terjangkau kantonglah.


Senin, 25 Januari 2016

Nyoba Mie Goreng ala Korea Alias Jajangmyeon


Lagi demam Korea, aku selalu ngiler lihat tiap pemeran drama atau artis Korea kalau makan kayaknya nikmat banget. Sehingga kalau browsing selalu aja nyari kuliner Korea, mulai dari yang terkenal seperti kimchi sampai aneka mie-mie an. Di Korea ada mie yang khusus untuk para jomblo (katanya), namanya Jajangmyeon. Walau yang nggak jomblo juga boleh makan he he he...

Nah, karena lihat penampakan Jajangmyeon begitu menggoda, kayak spagheti dengan saus hitam pekat yang kental, aku pun hunting Jajangmyeon. Pada waktu itu (tahun 2012), belum banyak booming restoran Korea, adanya Myoung Ga yang jelas harganya selangit, maka alternatif pilihanku tinggal yang instant.

Waktu itu yang jual ini hanya supermarket Papaya dan Hypermart, dan pas belanja di Hypermart aku menemukan Chapagetti, merek mie Jajangmyeon instant. Harganya juga lebih mahal daripada Indomie Mie Goreng :D

Petunjuk memasaknya juga praktis, sama kayak mie instant biasanya, rebus lalu ada bumbu berupa pasta yang disediakan dituang diatasnya lalu diaduk rata. Begitu selesai eksekusi inilah hasilnya :




Karena dulu masih anak kos, sehingga tidak kepikiran menghias-hias ini mie biar cakep difoto ^^. Sekilas penampakan sepertinya kayak mie goreng Indomie yang kebanyakan kecap. Tetapi rasanya cukup enak, gurih, bahkan gak manis sama sekali. Walau kayaknya dengan harga Rp. 15.000,- bisa dapat Indomie sepuluh bungkus pada tahun 2012 ha ha ha....

Sempat mencoba yang asli di mall Semarang, harganya Rp. 30.000,- dan di Surabaya di Kogyo restaurant yang sekarang sudah tutup, menurutku jauh lebih enak daripada instant. Apalagi yang racikan Kogyo, nggak salah kalau artis-artis Korea makan jajangmyeon kelihatan nikmat banget.
Penampakan aslinya seperti ini :

Lebih hitam sausnya dan sama sekali tidak terasa manis seperti bayanganku. Sebab ketika aku googling, jajang artinya saus pasta kedelai hitam, yang aku asosiasikan sama dengan kecap. Ada tambahan sayuran seperti zukini, timun, daging (biasanya ayam) dan biasanya disajikan dengan telur rebus.

Walaupun tetap saja, harganya bagiku masih tergolong mahal, karena selain sausnya, tidak ada yang spesial dengan mie ini. Gak jauh beda dengan spagheti atau mie ayam sekalian he he he he...

Overall, ini postingan pertamaku tentang mencoba kuliner Korea. Tentu bakal banyak lagi yang bakal kucoba, seperti membuat kimchi dan beberapa olahannya. Sebab mumpung masih tren, dan masih ada beberapa resto Korea kaki lima yang masih bisa dijajal.

Review
Makanan 8
Harga 6 (Mahal T_T)

Repurchase: Nope, buat yang instant. Mending yang fresh beli di foodcourt aja